Rabu, 08 Agustus 2018

Peta Rentjana Kota - Kebajoran Baru, Peta tua dari awal th.1950-an (Sold Out)

Peta Rentjana Kota Baru Kebajoran
(Tulisan "koleksi tempo doeloe" tidak terdapat pada peta aslinya)

Sebuah Peta lama yg langka, khusus area Kebayoran Baru saja,
yg kini sudah menjadi daerah Metropolitan yg sangat sibuk dan berkelas.
Peta tua ini akan sangat berguna bagi Developer atau pengembang Real Estate,
sebagai referensi / perbandingan antara dulu dan saat ini.



Blok M terletak ditengah-tengah



Bagian belakang Peta blank/kosong
Ukuran cukup besar: 42 cm x 40 cm.
Dalam lipatan aslinya.

Peta lama dari awal th.1950 an, Peta Rentjana Kota Baru Kebajoran.
Peta lama ukuran besar ini, dulunya adalah Peta Master Plan
milik Departemen Pekerjaan Umum saat itu (awal th.1950 an).

Seorang Sejarahwan yg banyak menulis buku tentang kota Jakarta, sejak masih bernama Batavia,
Adolf Heuken menulis, kawasan Menteng di Jakarta Pusat merupakan
kota taman pertama di Indonesia, tentunya yang dirancang para arsitek Belanda.

Namun, banyak warga Jakarta yang belum tahu bahwa Kebayoran Baru di Jakarta Selatan
adalah kota taman pertama di Indonesia yang dirancang arsitek lokal, Moh. Soesilo (th. 1948).

Pada tahun tahun 1938 kawasan Kebayoran direncanakan akan dibangun sebuah lapangan terbang internasional.
Namun rencana itu batal karena keburu perang dunia II.

Akhirnya dibangunlah kota satelit Kebayoran Baru, yang meliputi areal seluas 730 hektar. 
Kawasan ini direncanakan untuk menampung 100 ribu penduduk.
Kini, jumlah penduduk Kebayoran sudah berlipat-lipat dengan jumlah penduduk yang rencananya akan ditampung.

Pada tahun 1950-an, kawasan Kebayoran Baru masih baru berkembang.
Namun meski terus berkembang, tetap saja sering disebut kampung udik.
Penduduknya pun disebut sebagai orang udik.
Maklum, Kebayoran Baru dulu letaknya terpisah dari pusat Kota Jakarta,
sekitar 8 kilometer ke arah selatan Batavia.

Saat itu, untuk masuk kawasan Kebayoran Baru, hanya ada dua jalan.
Pertama melalui Kebayoran Lama terus melalui Jalan Kyai Maja
atau melewati Manggarai dan masuk ke Jalan Wolter Monginsidi yang becek.
Jalan Sudirman ketika itu belum ada.

Warga Jakarta dulu pasti berpikir seribu kali jika akan menuju kawasan Kebayoran Baru.
Selain kawasan ini sepi, ada jagoan bernama Mat Item.
Mereka takut dihadang Mat Item, jagoan Kebayoran Lama yang dikenal sangar.

Cerita tentang Kebayoran Baru juga mengalir lancar dari bibir Adolf Heuken.
Pastor Jesuit asal Jerman itu mengatakan, Kebayoran Baru saat masa penjajahan Belanda
merupakan kota satelit Batavia.
"Kebayoran Baru adalah tempat ruang terbuka hijau," kata Adolf.

Pada tahun 1963 fungsi dari Kebayoran Baru sebagai kota satelit masih dipertahankan.
"Dulu tidak ada jalan dan perumahan di daerah itu, seperti Mampang, Warung Buncit
dan Pejaten," katanya. Semua lahannya masih ditumbuhi pepohonan.

Adolf mengatakan, pada masa pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin,
wilayah Kebayoran hingga Semanggi tidak diperbolehkan untuk mendirikan bangunan.
Namun dalam perkembangannya makin banyak para pendatang dari luar Jakarta
yang memenuhi wilayah Kebayoran.

Tentunya makin banyaknya penduduk, memicu pembangunan pembangunan rumah
yang begitu cepat. "Ini juga yang membuat harga tanahnya terus tinggi," ujarnya.

Sebenarnya pada tahun 1950, Kebayoran Baru dirancang untuk ditempati 50 ribu orang saja.
Tapi sekarang jumlahnya jauh melebihi itu.
Dulunya kota satelit tapi sekarang kota yang krodit.

Ukuran cukup besar: 42 cm x 40 cm.
Bagian belakang peta: blank / kosong.
(Tulisan "koleksi tempo doeloe" tidak terdapat pada peta aslinya)

Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang, cara pembayaran dll.
silahkan Hub. 0813.1540.5281 Call / WhatsApp
atau hub. e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sudah Terjual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar