Rabu, 24 Februari 2016

Sampul surat kuno Indonesia di jaman Belanda (Nederlands Indie), dikirim dari Buitenzorg ke Soerabaja pada th.1894

 Depan

Belakang


Cap pos dari tempat pengiriman, Buitenzorg 2 januari 1894 


Cap pos dari tempat tujuan, Soerabaja 5 januari 1894

Sampul surat kuno Indonesia di jaman Belanda (Nederlands Indie), 
dikirim dari Buitenzorg ke Soerabaja
dengan cap pos Buitenzorg (sekarang Bogor) tgl. 2 Januari 1894 
Bergambar Raja Belanda waktu itu Willem III.
Sampul surat / Envelope ini sudah berumur 1 abad lebih, tepatnya 122 tahun,
Sampul surat ini adalah serie yg terbit paling pertama di Nederlands Indie (sekarang Indonesia)

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

Harga: Rp 150 rb.
(Ongkos kirim gratis, ke semua alamat di Pulau Jawa,
dikirim lewat JNE atau Pos Indonesia).
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com

Sudah Terjual 

Salah satu Prangko yg paling langka Nederlands Indie (Indonesia di jaman Belanda), Kapal layar 25 cent

Tulisan 'koleksi tempo doeloe' tidak terdapat pada prangko yang anda terima

Salah satu Prangko yg paling langka Nederlands Indie (Indonesia di jaman Belanda),
bergambar Kapal layar, nilai 25 cent.
Prangko  Ned Indie Kapal layar ini keberadaannya seperti hilang ditelan bumi,
pernah muncul pada Pameran Filateli Se Dunia th.2012 di Jakarta Convention Center Senayan.

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang dilihat.

Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sudah Terjual

Selasa, 23 Februari 2016

Sampul surat kuno Indonesia di jaman Belanda (Nederlands Indie), dikirim dari Rembang ke Ngawi dengan cap pos 10 Mei 1901

 Depan

Belakang


 Cap pos dari tempat pengiriman, Rembang 10 Mei 1901

Cap pos dari tempat tujuan, Ngawi 12 Mei 1901

Sampul surat kuno Indonesia di jaman Belanda, Nederlands Indie, 
dikirim dari Rembang ke Ngawi, kedua kota letaknya di Jawa Tengah sekarang, 
dengan cap pos 10 Mei 1901.
Bergambar Raja Belanda waktu itu Willem III.
Sampul surat / Envelope ini sudah berumur 1 abad lebih, tepatnya 115 tahun,
Sampul surat ini adalah  serie paling pertama di Nederlands Indie (sekarang Indonesia)

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

(Ongkos kirim gratis, ke semua alamat di Pulau Jawa,
dikirim lewat JNE atau Pos Indonesia).
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com

Sudah Terjual 

Senin, 15 Februari 2016

7 bh. Label Korek Api Indonesia yang paling tua dan paling langka - dari jaman kolonial Belanda (Nederlands Indie}

 Pakoe Boewono X 5 cm x 3,5 cm

 Tjap Doewa Koepoe - oentoeng jang beli 5 cm x 3,5 cm

 Tida Ada Njang Lebih baik 9,5 cm x 7,5 cm

 Tjap Koeda 5 cm x 3,5 cm

 Padang - Teluk Bayur 10 cm x 7,5 cm

 Toeankoe Laras - Soengei Poear = 11 cm x 7 cm

Trada Njang Lebeh baik = 9 cm x 6,5 cm
dan tulisan cina di pojok kiri dan kanan

7 bh. Label Korek Api Indonesia yang  paling tua dan paling langka,
 dari jaman kolonial Belanda di Indonesia (Nederlands Indie}.
Inilah label korek api Indonesia yg paling tua dan paling langka!

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

(Ongkos kirim gratis, ke semua alamat di Pulau Jawa,
dikirim lewat JNE atau Pos Indonesia).
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sudah Terjual 

Kamis, 11 Februari 2016

Td. tangan asli th. 1973 Laksamana Sudomo - KASAL dan Pangkopkamtib






Ingat Sudomo, ingat Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib). 
Ini adalah jabatan paling sakti saat Soeharto berkuasa di awal periode. Lewat jabatan ini, Sudomo turut mengukir sejarah Indonesia. Kini, laksamana bintang empat itu kembali ke haribaan-Nya. 

Sudomo tutup usia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (18\/4\/2012) setelah dirawat sejak Sabtu (14\/4\/2012) karena pendarahan di otak. Semasa hidup, kiprahnya sering menghiasi media massa.

Mendengar Sudomo mengembalikan ingatan sejarah kepada sebuah keadaan politik di tahun 1970 dan 1980-an di era pemerintahan Orde Baru.

Wikipedia mencatat, selama 23 tahun dari pemerintahan Orde Baru, Kopkamtib telah menjadi gugus tugas pemerintah militer untuk melaksanakan kegiatan keamanan dan intelejen. Lewat serangkaian kegiatan tersebut, Kopkamtib dapat menggunakan seluruh aset dan personalia pemerintahan sipil di Indonesia demi kepentingan apa yang disebut pemerintah Orde Baru sebagai mempertahankan pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dan Sudomo adalah Pangkokamtib periode 17 April 1978-29 Maret 1983, meneruskan seniornya Jenderal Soeharto, M Panggabean dan Sumitro. 

Saat Pangkokamtib dipegang langsung oleh Presiden Soeharto pada 28 Januari 1974-17 April 1978, Sudomo adalah Kaskopkamtib, pelaksana tugas sehari-hari Kopkamtib.

Perjalanan karier Sudomo sendiri dimulai dari dunia pelayaran yang dijajakinya selepas tamat dari pendidikan SMP pada tahun 1943. Dunia pelayaran mengarahkan ketertarikannya kepada dunia militer. Sudomo muda lalu mulai menapaki dunia militer dengan mengikuti pendidikan Perwira Special Operation dan kursus Komandan Destroyer Gdyna, Polandia. Sudomo menamatkan pendidikannya itu tahun 1958. Di sinilah dimulainya kiprah militer Sudomo.

Prestasinya di dunia militer dan pelayaran membantu kelancaran pendidikannya untuk terus menempuh pendidikan di luar negeri. Sudomo juga sempat mengikuti pendidikan di Lemhannas, Sekolah Para Komando KKO, dan SESKOAL. Sejumlah operasi militer di bawah komando presiden Sukarno juga pernah dijalankannya. Misalnya, pertempuran di Laut Arafuru dan pembebasan Irian Barat. Dua perang itu menjadi cerita kesuksesannya dalam karier militer Sudomo. Kecemerlangan Sudomo terus berlanjut di era Soeharto.

Di masa pemerintahan Orde Baru ini, Sudomo tercatat pernah mengemban amanah sebagai Kepala Staf TNI AL (1969-1973) dan Panglima Komando Pengendalian Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) tahun 1978-1983 yang bertugas memelihara stabilitas.

Era awal tahun 1980-an hingga akhir 1990-an merupakan salah satu penggalan sejarah berdarah politik Indonesia. Karena pada kurun waktu itu, rezim Orde Baru memberlakukan UU Subversif. Dunia intelijen Indonesia yang mendapat pembenaran penuh di bawah UU Subversif, diwarnai oleh tangan dingin Sudomo. Sudomo mampu mengendalikan sejumlah kemelut dan konflik sosial-politik di sejumlah daerah. Dunia intelijen Indonesia ketika itu ditangani oleh kepiawaian trio jenderal, yaitu Sudomo, LB Moerdani dan Yoga Soegama.

Tidak cukup berkarier di militer, sejumlah posisi politik di pemerintahan pernah diembankan Presiden Soeharto ke pundaknya. Sudomo sempat merasakan kursi Senayan dengan menjadi anggota MPR RI, menjabat Menteri Tenaga Kerja (1983-1988), Menko Polkam (1988-1993), dan puncaknya sebagai ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1993 hingga 1998. Kariernya berakhir dengan runtuhnya kekuasaan rezim Orde Baru pada tahun 1998 dengan terjadinya reformasi. Posisinya yang penting di masa Orba, membuat publik menilainya sebagai salah seorang kroni Soeharto.

Sebagai petinggi, wajar bila namanya sering dikaitkan dengan sejumlah kasus. Kasus yang menarik-narik Sudomo misalnya dugaan pelanggaran HAM kasus Talangsari, Lampung, yang terjadi pada 1989 dan juga katabelece Edi Tansil.

Tak cuma urusan politik dan militer yang membuat Sudomo menjadi sosok yang menarik. Kehidupan privat pria kelahiran Malang, 20 September 1926 juga jadi berita. Dalam perjalanan hidupnya, Sudomo pernah menikah dengan tiga perempuan dalam rentang waktu berbeda. Dengan istri pertamanya, Fransisca Play, Sudomo dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah Biakto Trikora Putra, Prihatina Dwikora Putri, Martini Yuanita Ampera Putri, dan Meidyawati Banjarina Pelita Putri. Yang unik, keempat anaknya tersebut diberi nama berdasarkan momentum politik yang mengemuka saat itu.

Selang 10 tahun kemudian Sudomo menikahi Fransiska Diah Widhowaty. Namun pernikahan ini hanya berlangsung empat tahun. Setelah itu, Sudomo menikah dengan Aty Kesumawati. Namun kembali kandas.

Di usia senja, Sudomo mengisi waktunya dengan kegiatan keagamaan. Dia rajin ke masjid, termasuk untuk salat subuh di pagi buta. Bahkan dalam suatu kesempatan, dia mengaku hidupnya baru dimulai di usia 75 tahun, saat Illahi menjadi satu-satunya pujaan. Selamat jalan, Pak Domo..
Sudomo dimakamkan di Taman Makam pahlawan Kalibata hari ini pukul 09.00 WIB.

Wakil Presiden Boediono menjadi inspektur upacara pada pemakaman tersebut.

Sumber:
http://news.detik.com/berita/1895128/sudomo-jenderal-bertangan-dingin-orba-itu-telah-tiada

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

Selain ini saya juga memiliki Td. tangan asli dari Tokoh Indonesia yg sudah tiada / alm. lainnya :
1} Jenderal T.B. Simatupang, Pahlawan nasional, Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia
2} Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta
3} J.B. Sumarlin, Menko Ekkuin / Ketua Bappenas
Harga: Rp 1 jt. untuk 4 bh. semuanya Td. tangan asli Tokoh2 Indonesia ini

(Ongkos kirim gratis, ke semua alamat di Pulau Jawa,
dikirim lewat JNE atau Pos Indonesia).
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281
Sudah Terjual 

Selasa, 09 Februari 2016

Td. tangan asli th. 1983 Pahlawan Nasional Jenderal T.B. Simatupang





Tahi Bonar Simatupang, mungkin nama tersebut asing di telinga masyarakat. Namun, jika kita melintas di Jalan TB Simatupang, nama tersebut langsung melekat dalam ingatan. Pasalnya, jalan tersebut sangat indentik dengan kemacetan.
TB Simatupang merupakan tokoh militer Indonesia. Dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, TB Simatupang turut berjuang melawan penjajahan Belanda.

Karir militer TB simatupang sangat gemilang, dia juga dipercaya untuk membantu angkatan bersenjata Indonesia dan selalu menjadi perwakilan delegasi Indonesia di berbagai perundingan. Salah satunya di Konferensi Meja Bundar.

T.B. Simatupang ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Panglima BesarJenderal Soedirman wafat pada tahun 1950. Ia menjadi KASAP hingga tahun1953. Jabatan KASAP secara hirarki organisasi pada waktu itu berada di atasKepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara dan berada di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan.
T.B. Simatupang meninggal dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada tanggal 8 November 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada TB Simatupang. Saat ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Dia mengundurkan diri dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen) dari dinas aktifnya di kemiliteran, karena perbedaan prinsipnya dengan Presiden Soekarno pada waktu itu.
 
Jenderal Simatupang menganggap jika presiden menggunakan uniform atau seragam militer itu menunjukkan suatu mentalitas hanya orang yang berseragam yang patut dihormati. Dia mengambil contoh para kaisar di dunia yang selalu berfoto dengan pakaian kebesaran dan tak mau menemui rakyat kalau tak mengenakan uniform. Rupanya Soekarno tak bisa menerima penjelasan Simatupang.

Pendapat Simatupang ada benarnya. Lihatlah diktator dunia seperti Hitler dan Musolini, yang selalu tampak mengenakan uniform dan tampil secara militeristik.
Bung Karno pun sempat marah. Dia bercerita pada orang-orang Simatupang melarangnya memakai uniform. Simatupang pun berusaha menjernihkan masalah itu.

"Yang benar saya katakan adalah: Bung Karno saya sebagai Kepala Staf Angkatan Perang yang mengenakan uniform, memberi hormat pada Bung Karno yang tidak memakai uniform. Sehingga dengan demikian masyarakat melihat bukan yang memakai uniform itu yang tinggi, tetapi yang tidak memakai uniform

TB Simatupang adalah pencetus ide tentang sumpah prajurit dan Sapta Marga. Setelah mengundurkan diri dari militer, hampir setiap hari dia meluangkan waktu untuk beribadah dan memberikan pelayanan di gereja.

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

Selain ini saya juga memiliki Td. tangan asli dari Tokoh2 Indonesia yg sudah tiada / alm. lainnya :
1} Laksamana Sudomo. Pangkopkamtib, Wapangab, Kasal dll.
2} Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta
3} J.B. Sumarlin, Menko Ekkuin / Ketua Bappenas
Harga: Rp 1 jt. untuk 4 bh. semuanya Td. tangan asli Tokoh2 Indonesia ini

(Ongkos kirim gratis, ke semua alamat di Pulau Jawa,
dikirim lewat JNE atau Pos Indonesia).
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com

Sudah Terjual