Jumat, 14 Agustus 2015

Buku langka tentang Jawa di masa Hindia Belanda / Nederlandsch Indie, diterbitkan tahun 1912


Tulisan 'koleksi tempo doeloe' pada buku hanya ada di Blog,
dan tidak terdapat pada buku aslinya.




Tulisan 'koleksi tempo doeloe' pada buku hanya ada di Blog,
dan tidak terdapat pada buku aslinya.

 Diterbitkan th. 1912

 Dengan 160 ilustrasi / gambar










Sebuah buku langka tentang Jawa di masa Hindia Belanda, diterbitkan tahun 1912.
Tebal 321 halaman dengan 160 ilustrasi gambar. Hardcover.
Menceritakan secara lengkap dan detail tentang keadaan di pulau Jawa, 
lebih dari 100 tahun yang lalu.
Kondisi: bagus, halaman lengkap, jilid utuh, mulus, tidak ada lobang bekas kutu buku..
Dalam bahasa Inggris, bukan bahasa Belanda.

Nama Java telah menjadi daya tarik bagi orang Barat sejak saat kaum pendatang dari Eropa
pertama kalinya tiba untuk mencari rempah-rempah.
August de Witt berkunjung ke Jawa pada awal abad ke-20, dalam rangka tugasnya
sebagai wartawan Singapore Strait Times yang berpusat di Singapura.
Ketika August de Witt datang untuk melakukan tour nya di pulau Jawa pada dekade pertama abad ini dia menemukan,
tidak hanya dongeng, legenda dan mimpi, tetapi juga sebuah negara manufaktur yang makmur dan sibuk.
Ia tiba pada saat fase penting dari perkembangan di pulau jawa, ketika rezim kolonial Belanda
baru saja memulai 'Politik Etis'.Tidak hanya membayar 'utang' untuk kaum petani miskin
tapi juga untuk memfasilitasi kepentingan kapitalisme pada industri modern.

August De Witt melakukan penyelidikan yg lebih mendalam dan tidak membatasi dirinya
hanya dengan kalangan Belanda atau kalangan Bangsawan Jawa, tetapi juga pengamatan
pada rakyat biasa dan kehidupan sehari-harinya.
Sebuah catatan yg memberikan informasi yang lengkap dari pengamatannya
pada kalangan Bangsawan dan Petani di Jawa, melalui berbagai ilustrasi gambar.
Ia menyajikan sebuah dokumen sosial yang penting dan menarik
dari satu masyarakat yang sedang didalam transisi / perubahan.

Dalam salah satu catatan perjalanannya  yg ditulis dalam bukunya Java (1912),
ia menceritakan ketika mendarat di Tanjung Priok, dari mana-mana muncul para pembantu
dengan koper-koper dan para penumpang karena pelabuhan sudah semakin dekat.       
Tidak lama kemudian kapal berhenti, kami dengan perasaan lega memasuki dermaga Tanjung Priok.
Lalu kami naik kereta api yang segera bergerak melaju kencang melintasi pemandangan alam yang liar, 
separuh hutan dan separuh rawa.

Setelah menumpang kereta api dari stasiun Tanjung Priok menuju Batavia,
perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kereta kuda menuju daerah Rijswijk (sekarang Jl. Veteran).
Penulis menceritakan tentang 'rijsttafel' : persiapannya yang menjadi misteri, 
serta diselenggarakan pada jam 12 siang. 
Ada dua hal yang menarik perhatiannya yaitu pertama, hidangan tersebut disajikan 
tidak di ruang makan biasa melainkan di bagian belakang.                                                                                                  
Ia tertarik pada pakaian yang dikenakan para pelayan pribumi yang menghidangkan rijsttafel itu. 
Mereka mengenakan pakaian potongan semi Eropa yang dikombinasi dengan sarung dan ikat kepala:
hidangan pedas itu disajikan bolak-balik dengan nyaris tak bersuara oleh para pelayan pribumi dengan kaki telanjang 
serta berpakaian separuh Indies, separuh Eropa.

Tentunya aneka hidangan rijsttafel itu sendiri juga menarik perhatian August de Witt.                
Hidangan utamanya nasi dan ayam. Yang juga dilengkapi dengan aneka lauk pauk yang berupa daging asap, 
ikan dengan berbagai bumbu kari, saus, acar, telor asin, pisang goreng, dan tak ketinggalan sambal ati ayam, 
semuanya diberi bumbu cabai.
Pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika ia untuk pertama kali mencicipi sambal.
Bibirnya langsung gemetar kepedasan. Leher terasa panas seperti terbakar
sehingga harus diguyur air minum, sementara air mata bercucuran.

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281 
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sudah Terjual 

Selasa, 04 Agustus 2015

Kalender kuno th.1918 Indonesia di jaman Belanda , Kalender 1 Tahun penuh / 52 Minggu, lengkap 52 bh. foto ukuran besar / Folio







Pasar di Atjeh


Sebuah Pesta / Kenduri di Java / Jawa


Seorang wanita Sunda


Beberapa wanita Jawa sedang membuat kain Batik















































Bagian belakang Kalender
Milik M.A. Dekker di Batavia No.14

Bagian belakang Kalender
Milik seorang Belanda bernama M.A. Dekker di Batavia
Apakah ada hubungan kerabat dengan Douwes Dekker?

Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir di Pasuruan, Hindia Belanda,
8 Oktober 1879 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun)
adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Ia adalah salah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20,
penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah penjajahan Hindia Belanda,
wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara"
sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka.
Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia,
selain dr.Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Douwes_Dekker


Kalender kuno dengan foto-foto dari masa Hindia Belanda / Nederlandsch Indie 
adalah barang yg langka, mungkin juga ini adalah satu-satunya yg masih tersisa.
Karena Kalender biasanya terpakai dan dibuang, 
(tidak disimpan dengan rapih seperti halnya Buku-buku atau Prangko-Filateli)

Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.

Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281 
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sudah Terjual