( Operasi Kalong yang beranggotakan 12 perwira AURI )
dan mengingatkan kita pada SUPER SEMAR yang ada ditangan
orang kuat putra Indonesia Djenderal Soeharto,
Djakarta, 11 Maret 1967
Buku terbit th.1967
Pangkostrad Mayjen. Soeharto bersama Brigjen Soepardjo,
inspeksi di daerah pertempuran di Kalimantan Barat / Kalimantan Utara
Pangkostrad Mayjen. Soeharto dan Jendral Nasution
disaat peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965
Foto ini menunjukan ketika anggota2 Kostrad, RPKAD dan KKO
mengangkat para Jenderal dari sumur maut di Lubang Buaya,
setelah dibunuh secara kejam.
ex Brigjen Suparjo setelah 15 bulan jadi buronan dengan tangan diborgol.
Foto penangkapannya ini disiarkan keseluruh dunia.
Antara tertuduh Supardjo dan Oditur Letkol. Subari SH
dalam sidang Mahmilub
Hakim Ketua Letkol. CKH. Sugiri SH menjatuhkan vonis hukuman mati,
kepada ex Brigjen Supardjo, karena telah melakukan pemberontakan
dan makar terhadap pemerintah yang syah.
Saksi Brigjen Sabur ex Komandan Resimen Tjakrabirawa
ex Menteri Panglima Angkatan Udara Omar Dhani yang dijatuhi hukuman mati
Brigjen Soepardjo berasal dari Divisi Siliwangi, yang kemudian dipertautkan
pada satu garis komando dengan Mayjen. Soeharto (kelak adalah Presiden RI kedua)
Kondisi buku sangat bagus untuk sebuah buku tua.
Masih banyak gambar foto lainnya, selain 10 bh. foto diatas.
Mengungkap rahasia tentang hubungan Presiden Soekarno dan G30S PKI,
juga disinggung mengenai SUPER SEMAR yg berada ditangan Jenderal Soeharto.
Buku langka, diperkirakan hanya sedikit saja yang tersisa saat ini.
Brigjen. Soepardjo adalah Komandan TNI Divisi Kalimantan Barat yang memiliki peran penting
dalam peristiwa Gerakan 30 September.
Ketika Operasi Dwikora Soepardjo menjabat sebagai Pangkopur-II yang memimpin Komando Tempur Dua di bawah KOLAGA melawan Malaysia di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Ia berkedudukan di Bengkayang, Kalimantan Barat.
Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Panglima Komando Mandala Siaga (KOLAGA),
Agustus 1965 Mayjen Soeharto disebut-sebut mengunjungi Kalimantan dan bertemu dengan Soepardjo.
Peran dalam Gerakan 30 September
Menjelang 30 September, Brigjen Soepardjo terbang dari Kalimatan khusus ke Jakarta
untuk ikut serta dalam gerakan September 1965 tersebut.
Dia yang melaporkan penangkapan jenderal-jenderal kepada Soekarno.
Dia juga yang mendapat perintah Soekarno untuk menghentikan gerakan dan menghindari pertumpahan darah. Tengah hari 1 Oktober1965, Brigjen Soepardjo membawa amanat itu pulang ke Cenko II
yang bertempat di rumah Sersan Udara Anis Suyatno, kompleks Lubang Buaya.
Perintah itu didiskusikan oleh para pimpinan pelaksana gerakan September 1965.
Brigjen Soepardjo dan pasukan Diponegoro, terlibat pertempuran bersenjata melawan pasukan RPKAD yang menyerang mereka.
Bersama Sjam dan Pono, Brigjen Soepardjo menyelamatkan diri ke rumah Pono di Kramat Pulo, Jakarta.
Kemudian mereka menemui Sudisman di markas darurat CC PKI.
Setelah tertangkap, Brigjen Soepardjo langsung diamankan ke RTM untuk kemudian diadili
dan dijatuhi hukuman mati.
Berbeda dengan Sjam yang ditempatkan di ruang VIP dalam tahanan militer,
eks Brigjen Soepardjo berbaur dengan tapol lainnya.
Seorang mantan tapol yang biliknya berdekatan dengan Soepardjo memberikan kesaksian,
ketika esoknya akan dihukum mati, malamnya Soepardjo sempat mengumandangkan adzan.
Kumandang adzan itu sempat membuat hati para sebagian penghuni penjara yang mendengarkan tersentuh dan merinding.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Soepardjo
Untuk melihat gambar yang
lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan
dilihat.
Keterangan lebih lanjut
mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara pembayaran dll.
silahkan hub. 0813.1540.5281
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sold
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Sold
Tidak ada komentar:
Posting Komentar