Harian "Berita Minggu" edisi 8 Desember 1957
Edisi Istimewa Peristiwa "Tjikini Raya"
Mereka masih dilindungi Jang Maha Kuasa,
dan dapat terhindar dari maut jang mengerikan itu......... Foto: Antara 
Guntur dan Megawati (yang masih di Sekolah Dasar / S.D) dengan Presiden Soekarno.
Peta jalan Cikini Raya (waktu itu) dan cara-cara pelemparan Granat
Pertjobaan pembunuhan biadab terhadap diri Kepala Negara R.I.
diwaktu perajaan ulang tahun Perguruan "Tjikini"
Inilah Algodjo-nja
Korban2 jang gugur
Edisi Minggu, 8 Desember 1957
Saat itu Perguruan Cikini sedang  merayakan Ulang Tahun ke 15. Berbagai acara digelar untuk merayakannya,  salah satunya adalah kegiatan bazaar amal yang bertujuan mengumpulkan  dana. Bazaar ini selain dihadiri oleh para murid, guru dan karyawan  sekolah juga dihadiri oleh para orangtua murid. Salah satu orangtua  murid yang hadir adalah Bung Karno, Presiden Republik Indonesia pertama.  Ir. Soekarno hadir sebagai orangtua dari Guntur, Megawati, Rahmawati,  Sukmawati dan Guruh.
  
Pesta sekolah SR Tjikini termasuk meriah  masa itu, beberapa hari  sebelumnya telah ramai dibicarakan murid-murid  dan penduduk sekitarnya.  Publikasi gencar yang dilakukan panitia  penyelenggara membuat semua  orang ingin datang, termasuk Ibu Ani dan  kedua anaknya. Berita  kedatangan Bung Karno menarik perhatian, termasuk  penduduk sekitar  sekolah. Mereka datang berbondong-bondong ingin  melihat sang  proklamator. Salah satunya Mak Ani dan kedua anaknya,  Mariani dan Julia.
Walau bukan murid Perguruan Cikini, Mak  Ani dan anak-anaknya merasa  bangga bisa melihat Presiden mereka. Seakan  larut dalam pesta ulangtahun  SR Tjikini mereka berjejer di pinggir  jalan. Mereka terus menunggu  sampai Bung Karno keluar sekolah dan  bersiap pulang. Hasrat melihat  wajah presiden dari dekat membuat ketiga  anak beranak ini berdesak  mendekat ke rombongan kepresidenan. Saat  Bung Karno berhenti dan melambaikan tangan serta tersenyum kea rah  masa  yang mengelilinginya, Mak Ani merasakan itulah senyuman untuk  mereka  beriga, kepuasan melanda bathinnya.
Saat suasana  kebanggaan sedang memenuhi hati dan pikirannya, tiba-tiba  saja ledakan  keras berbunyi, beberapa kali. Tanah terasa bergetar, tak  lama  terdengar jeritan di sana-sini, beberapa orang termasuk anak-anak   berjatuhan. Mak Ani yang sedang menggendong Julia, adik Mariani,   merasakan darah mengalir dari perut anak di pelukannya. Sementara ia   mendengan keluhan Mariani yang kesakitan dan memanggil-manggil Mak Ani.   Tak lama Mariani jatuh dalam pelukan Mak Ani, ia tak lagi memanggil   ibunya dan saat itu Mak Ani sadar bahwa Mariani telah tiada.
Mariani tewas sementara adiknya, Julia,  luka parah. Seseorang tak  dikenal membantu Mak Ani dan membawa mereka  ke RSUP, sekarang RSCM. Malam itu juga Julia  ditangani dokter, perutnya dioperasi  besar. Mak Ani yang juga luka  terus-menerus berdoa memohon kesembuhan  Julia sepanjang malam. Tuhan  mendengarnya, Julia tidak mengikuti  kakaknya. Walaupun kemudian Mak Ani  mendapatkan santunan dari  pemerintah, namun kepedihan hati karena  ditinggal Mariani tak  terobati.  
Soekarno dan putra-putrinya Guntur dan Megawati selamat, akan tetapi dipihak lain  terdapat  korban jatuh meninggal dunia sekitar 9 orang dan sekitar 100  orang  lainnya luka-luka berat. Korban yang terbanyak adalah murid-murid  sekolah  itu. Kisah nyata ini merupakan salah satu dari sekian banyak  korban   berjatuhan akibat usaha pembunuhan Bung Karno di Perguruan  Cikini. Walau   beliau selamat, namun korban yang berjatuhan cukup  banyak dan  beritanya  menjadi gema di seluruh Indonesia sampai  berbulan-bulan
Granat yang dilemparkan Tasrif tak cuma meledakkan halaman depan   sekolah Perguruan Cikini di Jl Cikini Raya 76 Jakarta, tapi juga   meledakkan amarah Presiden Soekarno. Betapa tidak, hanya beberapa   jengkal dari dirinya, ia mesti menyaksikan sembilan anak dan seorang ibu   yang tengah hamil merenggang nyawa. Seorang pengawalnya terluka berat   dan ia mesti merelakan lengannya tergores kawat berduri saat lari   mengamankan diri.
Koran kuno terbitan 8 Desember th.1957, yang merupakan edisi khusus percobaan pembunuhan terhadap Kepala Negara R.I. Presiden Soekarno.
"Peristiwa Tjikini" ini dijelaskan secara lengkap dan detail.
sebuah potongan sejarah yang langka dan dalam sebuah edisi koran yang masih utuh,
walaupun kejadiannya sudah 54 tahun yang lalu.
Ukuran koran lumayan besar, masih model koran jadul,
sehingga tidak bisa di ambil gambarnya secara keseluruhan oleh scan.
Untuk melihat gambar yang lebih besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat.
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, 
pengiriman barang, cara pembayaran dll.
silahkan hub. HP. 021.9471.2076 (No. Esia). 
atau e-mail: neneng1971@yahoo.com 
Pengiriman ke luar kota, tambahkan sedikit ongkos kirim
untuk biaya TIKI atau Posindo. 
Sudah Terjual