Buku di publikasikan oleh Biro Resmi Pariwisata/Turisme
di Weltevreden (sekarang area Jakarta Pusat)
Foto dan cetak oleh G. Kolff di Batavia - Java
Semarang tempo dulu
Kantor Pusat jawatan Kereta Api Hindia Belanda di Semarang
(sekarang adalah gedung Lawang Sewu)
(sekarang adalah gedung Lawang Sewu)
Gedung Balai Kota - Batavia lama
(sekarang Museum Fatahilah di Jakarta-Kota Tua)
(sekarang Museum Fatahilah di Jakarta-Kota Tua)
Lintasan Kali di Molenvliet Batavia
(sekarang kali Ciliwung di tengah jl. Gajah Mada dan jl. Hayam Wuruk)
Bagian dalam (interior) dari Gereja Portugis di Batavia lama
(sekarang Gereja Sion di jl. Pangeran Jayakarta)
Tugu Peringatan Peter Eberveldt di Batavia lama
(sekarang sudah tidak ada lagi / di bongkar - lokasi di jl.Pangeran Jayakarta)
Hotel Des Indes - pemandangan dari ruang makan utama
Hotel Des Indes di Weltevreden - Batavia - Java
Monumen untuk mengenang Jendral Michiels, Waterlooplein, Weltevreden
Jenderal
Andreas Victor Michiels, seorang jenderal Belanda yang tewas oleh sniper Bali
saat memimpin invasi Belanda ke Kerajaan Buleleng pada tahun 1849.
(sekarang sudah tidak ada / dirubuhkan th.1943 oleh Jepang - lokasi Lapangan Banteng Jakarta Pusat)
Klub Militer - Concordia Society Club
(di jl. Veteran - Jakarta Pusat - sudah dirubuhkan pada th.1960)
Botanical Garden Buitenzorg dan Governor General Palace
(sekarang Istana dan Kebun Raya Bogor)
Native street restaurant - Warung makan penduduk asli pribumi
Bandoeng - Bandung
Grand Hotel Preager di Bandung
Hotel First Class di masa itu - masih berdiri sampai saat ini
Hotel Homann di Bandung - masih ada sampai saat ini
Warung penduduk asli pribumi
Mengumpulkan daun teh di Jawa barat
Gubernur Jenderal Hindia Belanda th.1921-1926 Dirk Fock
Kuil / Kelenteng Chinese di Bandung dan anak-anak pribumi
Dicetak oleh: G. Kolff & Co. di Batavia, Java
Peta pulau Jawa ukuran besar yg terlipat di bagian akhir buku.
Buku kuno langka tentang Pariwisata di pulau Jawa pada masa kolonial Belanda.
Tebal: 329 hal.
Hard Cover.
Dicetak oleh: G. Kolff & Co. di Batavia, Java, Th.1926
Bahasa Inggris (bukan Belanda)
Ratusan foto-foto di masa th.20-an yg terdapat pada awal sampai akhir buku,
dengan Peta pulau Jawa ukuran besar yg terlipat di bagian akhir buku.
Silahkan lihat sebagian kecil dari foto-foto tsb. pada gambar di atas.
Tebal: 329 hal.
Hard Cover.
Dicetak oleh: G. Kolff & Co. di Batavia, Java, Th.1926
Bahasa Inggris (bukan Belanda)
Ratusan foto-foto di masa th.20-an yg terdapat pada awal sampai akhir buku,
dengan Peta pulau Jawa ukuran besar yg terlipat di bagian akhir buku.
Silahkan lihat sebagian kecil dari foto-foto tsb. pada gambar di atas.
Pariwisata
di Indonesia di Masa Penjajahan Belanda:
Kegiatan
kepariwisataan di Indonesia dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan pejabat pemerintah,
missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha perkebunan di daerah
pedalaman.
Para
pejabat Belanda dikenai kewajiban untuk menulis laporan pada setiap akhir
perjalanannya.
Pada laporan itu terdapat keterangan mengenai peninggalan
purbakala, keindahan alam, seni budaya masyarakat Nusantara.
Pada
awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda berkembang menjadi suatu daerah yang
mempunyai daya tarik luar biasa bagi para pengadu nasib dari negara Belanda.
Mereka
membuka lahan perkebunan dengan skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke
daerah lain, dari Nusantara ke negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga
dibangunlah sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan tersebut.
Kegiatan
Kepariwisataan masa penjajahan Belanda dimulai secara resmi sejak tahun
1910-1912, setelah keluarnya keputusan Gubenur Jendral atas pembentukan
Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV) yang merupakan suatu biro wisata pada masa
itu.
Kantor tersebut juga digunakan oleh Maskapai swasta Belanda KNILM
(Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvart Maatschapijj) yang memegang
monopoli kawasan Hindia Belanda saat itu.
Meningkatnya
perdagangan antar benua Eropa , Asia dan Indonesia pada khususnya, dan lalu
lintas manusia yang melakukan perjalanan untuk berbagai kepentingan.
Untuk
memberikan pelayanan kepada mereka yang melakukan perjalanan ini, maka
didirikannya pertama kali suatu cabang Travel Agent di Rijswijkstraat - Batavia (sekarang jl. Majapahit - Jakarta Pusat) pada tahun 1926 yang bernama Lissone Lindemend (LISIND) yang berpusat di
Belanda.
Tahun 1928 Lislind berganti menjadi NITOUR (Nederlandche Indische
Touristen Bureau) yang merupakan bagian dari KNILM.
Saat
itu, kegiatan pariwisata lebih banyak didominasi kaum kulit putih saja,
sedangkan untuk bangsa pribumi bisa dikatakan tidak ada. Perusahaan
perjalanan wisata saat itu tidak bisa berkembang karena NITOUR dan KNILM
memegang monopoli.
Pertumbuhan
Hotel untuk mendukung Pariwisata di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak
abad ke-19, meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti: di Batavia berdiri Hotel
Des Indes, Hotel der Nederlanden, Hotel Royal dan Hotel Rijswijk.
Di
Surabaya berdiri Hotel Sarkies, Hotel Oranye, dan di Semarang didirikan Hotel
Du Pavillion.
Kemudian
di Medan berdiri Hotel de Boer, Hotel Astoria, dan di Makassar Hotel Grand dan
Hotel Staat.
Fungsi
Hotel pada masa-masa itu banyak digunakan untuk penumpang kapal laut dari
Eropa.
Mengingat
belum adanya kendaraan bermotor untuk membawa tamu-tamu tersebut dari pelabuhan
ke hotel dan sebaliknya, yang digunakan adalah kereta kuda.
Harga: silahkan hub.
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
Keterangan lebih lanjut mengenai pembelian, pengiriman barang,
cara
pembayaran dll. silahkan hub. 0813.1540.5281 (Telp. atau WA)
atau e-mail: neneng123usman@gmail.com
Untuk melihat gambar yang lebih
besar / lebih jelas,
click pada gambar yang akan dilihat
Sudah Terjual
click pada gambar yang akan dilihat
Sudah Terjual